Hewan Langka - Badak Bercula Satu
Hewan Langka Badak Bercula Satu (Badak Jawa) memiliki nama latin Rhinoceros sondaicus. Badak
bercula satu ini masuk dalam daftar hewan dilindungi di indonesia
karena keberadaannya yang hampir punah. Hanya tersisa sangat sedikit di
Ujung Kulon yang merupakan tempat perlindungan mereka saat ini.
Pemerintah sudah berusaha untuk melindungi hewan liar ini, akan tetapi
nampaknya perburuan dari orang yang tidak bertanggung jawab terus
berlanjut sehingga populasinya terus mengkhawatirkan.
Jumlah Badak Jawa makin sedikit, diperkirakan hanya sekitar 50 ekor yang hidup. Habitat asli badak bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon kini terancam kekeringan dan aktivitas gunung berapi aktif sehingga bencana alam dikhawatirkan dapat merusak ekosistem yang ada di Ujung Kulon.Faktor utama berkurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan untuk culanya, masalah yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang digunakan sebagai obat untuk pengobatan tradisional Tiongkok.
Secara historis kulitnya digunakan untuk membuat baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat digunakan sebagai penangkal racun untuk bisa ular. Karena tempat hidup badak mencakupi banyak daerah kemiskinan, sulit untuk penduduk tidak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi. Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua perdagangan internasional produk badak Jawa dianggap ilegal.Survey pasar gelap cula badak telah menentukan bahwa badak Asia memiliki harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.
Fenomena kerusakan habitat dan kompetisi ruang antara badak dengan banteng (Bos javanicus)
menjadi ancaman utama bagi keberlangsungan hidup Badak Jawa di TN Ujung
Kulon." Selain itu, adanya invasi tumbuhan dominan seperti Arenga spp juga menjadi ancaman bagi Badak Jawa.
Tumbuhan ini menghalangi jatuhnya sinar matahari ke lantai hutan sehingga membatasi ruang tumbuh dan berkembangnya tanaman pakan yang digemari badak Jawa. Perburuan pernah menjadi ancaman besar bagi kelangsungan hidup Badak Jawa di TN Ujung Kulon. Namun demikian, sejak tahun 1990 tidak ditemukan lagi adanya laporan insiden perburuan.
Hal ini merupakan kesuksesan dan buah dari kerjasama yang sinergis antara Balai Taman Nasional, Unit Perlindungan dan Monitoring Badak (Rhino Monitoring and Protection Unit / RMPU), dan Patroli Pesisir (Coastal Patrol) yang menerapkan tindakan penegakan hukum yang efektif ." Bencana alam yang sulit diprediksi datangnya seperti tsunami dan letusan Gunung Anak Krakatau juga dapat menjadi ancaman serius bagi Badak Jawa yang hidupnya terkonsentrasi pada satu tempat saja. Belum lagi kemungkinan menyebarnya penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian massal bagi spesies hewan langka ini.
Hewan Langka Badak Bercula Satu ini adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan pohon muda untuk mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam untuk makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum air laut untuk nutrisi sama yang dibutuhkan. [1]
Tumbuhan ini menghalangi jatuhnya sinar matahari ke lantai hutan sehingga membatasi ruang tumbuh dan berkembangnya tanaman pakan yang digemari badak Jawa. Perburuan pernah menjadi ancaman besar bagi kelangsungan hidup Badak Jawa di TN Ujung Kulon. Namun demikian, sejak tahun 1990 tidak ditemukan lagi adanya laporan insiden perburuan.
Hal ini merupakan kesuksesan dan buah dari kerjasama yang sinergis antara Balai Taman Nasional, Unit Perlindungan dan Monitoring Badak (Rhino Monitoring and Protection Unit / RMPU), dan Patroli Pesisir (Coastal Patrol) yang menerapkan tindakan penegakan hukum yang efektif ." Bencana alam yang sulit diprediksi datangnya seperti tsunami dan letusan Gunung Anak Krakatau juga dapat menjadi ancaman serius bagi Badak Jawa yang hidupnya terkonsentrasi pada satu tempat saja. Belum lagi kemungkinan menyebarnya penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian massal bagi spesies hewan langka ini.
Hewan Langka Badak Bercula Satu ini adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan pohon muda untuk mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam untuk makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum air laut untuk nutrisi sama yang dibutuhkan. [1]
Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka
berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang
mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di tempat mencari mineral
dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak
untuk menjaga suhu tubuh dan membantu mencegah penyakit dan parasit.
Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih suka
menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara
alami, yang akan menggunakan culanya untuk memperbesar. Tempat mencari
mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari
garam. Wilayahi jantan lebih besar dibandingkan betina dengan besar
wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km².
Wilayah jantan lebih besar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui
apakah terdapat pertempuran teritorial.
Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan untuk komunikasi. Anggota spesies badak lainnya memiliki kebiasaan khas membuang air besar pada tumpukan kotoran badak besar dan lalu menggoreskan kaki belakangnya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang air besar di tumpukan, tidak melakukan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak berguna untuk menyebar bau.
Anda juga dapat melihat info seputar hewan langka badak bercula satu di beberapa lokasi seperti WWF Indonesia, maupun di Ujung Kulon.
[1] (van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". di dalam Fulconis, R.. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. hlm. 75–79)
Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan untuk komunikasi. Anggota spesies badak lainnya memiliki kebiasaan khas membuang air besar pada tumpukan kotoran badak besar dan lalu menggoreskan kaki belakangnya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang air besar di tumpukan, tidak melakukan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak berguna untuk menyebar bau.
Anda juga dapat melihat info seputar hewan langka badak bercula satu di beberapa lokasi seperti WWF Indonesia, maupun di Ujung Kulon.
[1] (van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". di dalam Fulconis, R.. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. hlm. 75–79)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar